Selasa, 10 September 2013

Pariwisata sebagai Alat Kebijaksanaan Ekonomi di Negara Berkembang

 http://cdn.tempatwisata.web.id/wp-content/uploads/2012/06/Indahnya-Pantai-Pulau-Komodo-Wisata-Petualangan-ke-Pulau-Komodo-dan-Pulau-Rinca.jpg

Dalam tiga dekade terakhir ini banyak negara-negara sedang berkembang (developing countries) menaruh perhatian besar terhadap industri pariwisata. Hanya sangat disayangkan, di antara banvak program yang direncanakan tidak dipertimbangkan matang, apalagi keuntungan yang akan diperoleh dibandingkan dengan kerusakan yang mungkin ditimbulkan oleh pariwisata sebagai suatu industri. Suatu laporan yang ditulis oleh Estoril Seminar mengatakan:
Dalam hal mencari tempat-tempat untuk bersenang-senang, ada kecenderungan pada negara-negara udang berkembang untuk menjadikan cahaya matahari (sunshine), laut (sea), pantai (shore), dan pasir (sands) atau “4 S" sebagai daya tarik untuk berkunjung ke daerah tersebut. Dengan cara demikian pembangunan pariwisata menjadi suatu yang mudah untuk mendorong pembangunan ekonomi, yaitu dengan hanya mengeksploitasi keindahan alam untuk mengatasi kesukaran dalam defisit neraca pembayaran yang dialaminya.

Sering terjadi negara-negara berkembang mengharapkan hasil yang banyak dari industri pariwisata, akan tetapi menghadapi berbagai masalah dalam menggarapnya. Negara-negara yang secara geografis jauh terpencil dari negara yang penduduknva mempunyai pendapatan per kapita tinggi, mempunyai alam dan iklim yang menvenangkan, akan tetapi tidak mempunyai fasilitas untuk dapat memberikan pelayanan yang baik pada wisatawan. Negara semacam ini pasti akan menghadapi kesukaran bila tetap berkeinginan untuk mengembangkam pariwisata sebagai suatu industri.

Dewasa ini pembangunan ekonomi pada kebanyakan negara-negara berkembang kelihatan lebih banyak ditujukan untuk mendirikan industri yang dapat menghasilkan barang-barang modal, namun sangat disangsikan keberhasilannya, karena kualitas barang dan harga yang ditawarkan tidak bisa bersaing dengan pasar luar negeri. Hal ini tidak lain disebabkan:
  • Biaya produksi relatif masih tinggi, tidak bisa bersaing de­ngan barang-barang impor yang mempunyai mutu yang le­bih baik dan harga lebih murah.
  • Kebanyakan para pengusaha di negara-negara berkembang tidak banyak mengetahui sektor-sektor ekonomi apa yang masih perlu dikembangkan bagi negaranya (karena yang lain dinggap sudah jenuh).
  • Kurangnya tenaga ahli, sempitnya pemasaran dan rendahnya daya beli penduduk, merupakan suatu rintangan untuk menggalakkan pembangunan selanjutnya.
Bagi negara-negara berkembang atau DTW yang berkeinginan membangun industri pariwisata di daerahnya, maka kebijaksanaan pembangunan pariwisata yang berimbang ini harus diterapkan. Pariwisata sebagai industri dapat digolongkan sebagai industri ketiga (tertiary industry), peranannva cukup menentukan dalam menetapkan kebijaksanaan tentang kesempatan berusaha (business opportunities), kesempatan kerja (job opportunities), kebijaksanaan perpajakan, izin usaha dan baugunan, pendidikan, lingkungan hidup, cagar budaya, standar kualitas produk, jadwal perjalanan, hotel dan pesawat udara, dan angkutan wisata lainnva. 

Sementara ini ada kalangan yang mengkhawatirkan masuknva investor asing ini, karena bukan tidak mungkin kegiatan ekonomi, khususnya dalam industri pariwisata, akan dikuasai oleh para investor asing ini. Kebijaksanaan mengundang investor asing itu, harus dilihat dari keterbatasan modal untuk investasi. 

Aspek lain yang juga dianggap penting dalam kebijaksanaan ekonomi bahwa pembangunan ekonomi suatu daerah secara regional dapat dengan mudah dikembangkan melalui pengembangan pembangunan industri pariwisata, terutama dalam menghadapi timbulnya urbanisasi, mengalirnya pencari kerja ke kota-kota besar sedikitnya dapat dihindarkan, karena banyaknya proyek-proyek wisata di daerah. Namun biasanya manajemen proyek terbentuk pada rendahnya tingkat pendidikan penduduk setempat, sehingga masih terpaksa mendatangkan tenaga profesional dari kota-kota besar.

Bila ini yang terjadi timbullah kecemburuan sosial dan kalau tidak ditangani sccara bijaksana proyek yang dibangun bisa gagal, karena tidak didukung oleh masvarakat lokal. Idealnya pengembangan pariwisata itu hendaknva dapat memberi keuntungan bagi investor, kesenangan dan kenikmatan bagi wisatawan, serta kesejahteraan dan kemakmuran bagi penduduk setempat.

Selain itu satu hal yang perlu pula kita sadari bahwa harga atau nilai yang diharapkan dari pariwisata, tidak hanya dilihat dari sisi investasi untuk kepentingan industri pariwisata saja sebagai sumber perolehan devisa. Akan tetapi, hendaknva juga dilihat dari sudut lain yang bersifat non-moneter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar