Sabtu, 20 April 2013

Hubungan Antropologi dengan Ilmu-Ilmu Sosial

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiIaBdtU6gapdGdAEgPJxMCu55PIp4yC6AmI49Gx5PTwIfujQ_uJgjiWtqYVnNy5Jwn9R-04pMRdM_H_RQ13swCMTnfy3imaYGCfFlo0F4ilmMARx_e33VYP_TFniBNvSZ2Gs-N0OdaKc/s1600/Anthro_Archaeologists___UNITE_by_Mely_Liddell.jpg

Ilmu antropologi serta sub–sub ilmunya juga mempunyai hubungan yang sangat banyak dengan  ilmu–ilmu lain. Hubungan itu biasanya bersifat timbal balik. Antropologi perlu bantuan ilmu–ilmu lain itu, dan sebaliknya ilmu–ilmu lain itu masing–masing juga memerlukan bantuan antropologi. 
Menurut Koentjaraningrat (2002), hubungan antara antropologi dengan beberapa ilmu-ilmu sosial antara lain:

a.   Hubungan antara Ilmu Geologi dan Antropologi.
Bantuan ilmu geologi yang mempelajari ciri–ciri lapisan bumi serta perubahan – perubahannya, terutama dibutuhkan oleh sub-ilmu paleoantroologi dan prehistori untuk menetapkan umur relatif dan fosil–fosil mahluk primitif dan fosil – fosil manusia dari zaman dahulu, serta artefak–artefak dan bekas–bekas kebudayaan yang digali dalam lapisan-lapisan bumi. Hal ini mungkin dengan terutama menganalisa dengan metode-metode geologi, umur dari lapisan-lapisan bumi tempat artefak-artefak tadi terkandung.

   b.   Hubungan antara Ilmu Paleontologi dan Antropologi.
Bantuan dari paleontologi sebagai ilmu yang meneliti fosil mahluk-mahluk kala dahulu untuk membuat suatu rekonstruksi tentang proses evolusi bentuk-bentuk mahluk dari kala dahuluhingga sekarang, tentu juga sangat diperlukan ilmu paleo-antropologi dan prehistori. Pengertian tentang umur dari fosil-fosil kera dan fosil-fosil manusia, artefak-artefak bekas kebudayaan yang digali itu, dapat juga dicapai dengan mengetahui umur relatif dari fosil-fosil paleontologiyang terdapat didekatnya.

  c.    Hubungan antara Ilmu Anatomi dan Antropologi.
Seorang sarjana antropologi-fisik, baik yang mengkhusus kepada aleo-antropologi maupun yang meneliti ciri-ciri ras-ras di dunia, sangat perlu akan ilmu anatomi karena ciri-ciri dari berbagai bagian kerangka manusia, berbagai bagian tengkorak, dan ciri-ciri dari bagian tubuh manusia pada umumnya, menjadi objek penelitian yang terpenting dari seorang ahli antropologi-fisik untuk mendapat pengertian tentang soal asal mula dan penyebaran manusia serta hubungan antara ras-ras di dunia.

    d.     Hubungan antara Ilmu Kesehatan masyarakat dan Antropologi.
Terlepas dari data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan, tentang sakit, terhadap dukun, terhadap obat-obatan tradisional, terhadap kebiasaan dan pantangan makan dan sebagainya, ilmu antropologi juga dapat memberi kepada para dokter kesehatan masyarakat yang akan bekerja dan hidup di berbagai daerah dengan aneka warna kebudayaan, metode-metode dan cara-cara untuk segera mengerti dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat-istiadat lain.

    e.     Hubungan antara Ilmu Linguistik dan Antropologi.
Ilmu linguistik (ilmu bahasa) mula-mula terjadi dalam masa akhir abad-18, ketika para sarjana mulai mengupas naskah-naskah klasik dalam bahasa Indo-German (Latin, Yunani, Gotis, Avestis, Sansekerta, dsb). Sekarang ilmu linguistik telah berkembang menjadi suatu ilmu yang berusaha mengembangkan konsep-konsep dan metode-metode untuk mengupas segala macam bentuk bahasa apapun juga, dari daerah maupun juga di dunia. Dengan demikian dapat dicapai suatu pengertian tentang ciri-ciri dasar dari tiap bahasa di dunia secara cepat dan mudah.

Terlepas dari hubungan antar linguistik dan  etnololinguistik, sebaliknya ada suatu hal di mana pihak antropologi memerlukan linguistik. Tiap peneliti ynag mengumpulkan bahan etnografi di lapangan memerlukan suatu pengetahuan secara cepat tentang bahasa dari penduduk di daerah yang didatangi itu. Bahasa tadi merupakan suatu alat yang sangat penting dalam penelitiannya, karena ia hanya dapat mengumpulkan banyak bahan tentang kehidupan masyarakat yang merupakan objek penelitiannya tadi apabila ia dapat bergaul dengan mudah dengan penduduknya. Bahasa di daerah yang didatangi itu sering kali belum pernah diteliti oleh orang lain, sehingga tidak ada kitab pelajaran, kitab tata-bahasa, dan kamus dalam bahasa itu. Dengan mengetahui ilmu bahasa, seorang peneliti menguasai suatu alat untuk dengan cepat dapat menganalisa dan memepelajari bahasa daerah tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar