Pembekuan ikan
berarti menyiapkan ikan untuk disimpan di dalam suhu rendah (cold storage). Pembekuan itu
sendiri bukanlah sebuah cara pengawetan. Pembekuan ikan haras dilakukan menurut
garis-garis tertentu, sebab jika tidak dilakukan dengan semestinya, pembekuan
justru merusak ikan. Baik pembekuan maupun penyimpanan berikutnya mempunyai
banyak aspek yang haras diperhatikan. Selama pembekuan, banyak sekali perubahan
yang terjadi, baik perubahan fisik, kimia maupun biologi, yang menyebabkan
kerusakan ikan.
I.
Prinsip Pembekuan Ikan
Seperti pendinginan, pembekuan dimaksudkan untuk
mengawetkan sifat-sifat alami ikan. Pembekuan menggunakan suhu yang lebih
rendah, yaitu jauh di bawah titik beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh
kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan
kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan.
Ikan-ikan yang dibekukan untuk dikonsumsi mentah (sashimi) mutlak memerlukan terpeliharanya
sifat-sifat ikan segar yang dibekukan, agar ikan beku yang dilelehkan tidak
dapat dibedakan dari ikan segar.
Keadaan beku menyebabkan bakteri dan enzim
terhambat kegiatannya, sehingga daya awet ikan beku lebih besar dibandingkan
dengan ikan yang hanya didinginkan. Pada suhu -12°C, kegiatan bakteri telah
dapat dihentikan, tetapi proses-proses kimia enzimatis masih teras berjalan.
Kematian bakteri dalam keadaan beku disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut.
a. Sebagian besar air di dalam tubuh ikan telah
berubah menjadi es dan persediaan cairan menjadi sangat terbatas. Dengan
demikian, bakteri akan mengalami kesulitan untuk menyerap makanan, sehingga
hidupnya terganggu karena bakteri hanya dapat menyerap makanan dalam bentuk
larutan.
b. Cairan di dalam sel bakteri yang ikut membeku
mendesak dan memecah dinding sel, sehingga menyebabkan kematian bakteri.
c.
Suhu rendah itu
sendiri membuat bakteri tidak tahan dan mati.
1.1.. Proses
Pembekuan
Tubuh ikan
sebagian besar (60%-80%) terdiri atas cairan yang terdapat di dalam sel,
jaringan, dan ruangan-ruangan antar-sel. Cairan itu berupa larutan koloid encer
yang mengandung berbagai macam garam (terutama kalium fosfat dasar) dan
protein. Sebagian besar dari cairan itu (±67%) berupa free water dan selebihnya
(±5%) berupa bound water. Bound water adalah air yang terikat kuat secara kimia dengan
substansi lain dari tubuh ikan.
Pembekuan berarti mengubah kandungan cairan itu
menjadi es. Ikan mulai membeku pada suhu antara -0,6°C sampai -2°C, atau
rata-rata pada -1°C. Yang mula-mula membeku adalah free water, kemudian disusul oleh bound water. Pembekuan dimulai dari bagian luar, dan bagian tengah
membeku paling akhir.
Pada prakteknya sangat sulit untuk membekukan
seluruh cairan di dalam tubuh ikan, karena sebagian cairan itu (bound water) mempunyai titik beku yang sangat rendah
dan sulit dicapai dalam kondisi komersial (hanya dapat dilakukan di tingkat laboratorium).
Suhu di mana cairan itu membeku seluruh-nya disebut eutecticpoint, terletak antara -55°C dan - 65°C. Pada
umumnya pembekuan sampai -12°C atau -30°C dianggap telah cukup, tergantung pada
jangka waktu penyimpanan yang direncanakan.
Berbeda dengan ikan segar, ikan beku sangat getas
(mudah pecah), dan oleh sebab itu ia harus ditangani dengan hati-hati.
Jika akan
digunakan, ikan beku dicairkan lebih dahulu. Dalam proses pencairan itu
kristal-kristal es di dalam daging mencair dan diserap kembali oleh daging.
Sebagian kecil dari cairan itu tidak diserap kembali. Cairan ini menetes atau
mengalir keluar dari tubuh ikan dan disebut istilah drip. Timbulnya drip ini
merupakan kerugian dari pembekuan, karena ia mengandung banyak zat yang
menimbulkan kelezatan (rasa khas) ikan-ikan dan zat-zat lain yang sangat
berguna.
1.2. Perubahan
Suhu Selama Pembekuan
Pembekuan
membutuhkan pengeluaran panas dari tubuh ikan. Prosesnya, sebagaimana terlihat
pada kurva di bavvah ini, terbagi atas tiga tahapan sebagai berikut.
a. Pada
tahapan pertama suhu menurun dengan cepat hingga saat tercapainya titik beku.
b. Kemudian,
pada tahapan kedua suhu turun perlahan-lahan karena dua hal:
1) penarikan panas dari ikan bukan berakibat pada
penurunan suhu, melainkan berakibat pada pembekuan air di dalam tubuh ikan;
2)
terbentuknya es pada bagian luar dari
ikan merupakan penghambat bagi proses pendinginan dari bagian-bagian di
dalamnya.
c. Pada tahapan ketiga, jika kira-kira ¾ bagian dari
kandungan air sudah beku, penurunan suhu berjalan cepat kembali.
Pembekuan
menyebabkan protein berubah beberapa fungsinya. Karena dalam perubahan ini
protein kehilangan sifat alaminya (nature), maka perubahan ini diberi nama denaturasi
protein. Denaturasi tergantung
pada suhu; jika suhu turun, denaturasi berjalan lambat. Denaturasi juga
tergantung pada konsentrasi enzim dan komponen-komponen lain. Ketika ikan
membeku, konsentrasi enzim dan komponen-komponen di dalam air yang belum
membeku makin meningkat. Peningkatan konsentrasi ini mempercepat denaturasi.
Jadi ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan denaturasi protein, dan
keduanya bekerja saling berlawanan jika suhu ikan diturunkan (yang satu makin
lemah, yang lain makin kuat pengaruhnya). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
aktivitas denaturasi yang terbesar terjadi pada kisaran suhu -10C
dan -2°C.
Pembekuan lambat
berarti waktu yang dilewati untuk berada pada kisaran tersebut di atas lebih
panjang, dan sekarang, hal ini diyakini sebagai faktor terpenting yang
membedakan pembekuan cepat dan pembekuan lambat.
1.3. Pembekuan
Cepat
Belum ada definisi
tentang pembekuan cepat yang dapat diterima semua pihak. Sangat langka orang
(sekalipun ahli pencicip) yang dapat membedakan ikan segar dengan ikan yang
dibekukan antara 1 jam dan 8 jam. Tetapi jika pembekuan itu mulai lebih dari 12
jam, perbedaannya menjadi nyata. Pembekuan yang makan waktu 24 jam atau lebih
yang dilakukan dengan freezer yang dirancang atau dioperasikan dengan buruk,
pasti menghasilkan ikan beku bermutu rendah. Pembekuan yang berkepanjangan,
misalnya pembekuan yang dilakukan dengan menimbun ikan di dalam cold storage,
dapat menyebabkan ikan membusuk oleh kegiatan bakteri sebelum bagian tengah
tumpukan ikan mencapai suhu yang cukup rendah.
Karena suhu
sedikit di bawah 0°C merupakan daerah kritis bagi denaturasi protein, Inggris
pernah mendefinisikan pembekuan cepat sebagai penurunan suhu ikan dari 0°C ke
-5°C dalam waktu 2 jam atau kurang. Selanjutnya ikan harus didinginkan lebih
lanjut hingga mencapai suhu penyimpanan -30°C. Dalam praktek, syarat terakhir
tadi dapat dipenuhi jika suhu bagian tengah ikan mencapai -20°C pada akhir
pembekuan. Jika suhu ini dicapai, maka bagian ikan yang paling dingin sudah
sangat dekat dengan -30°C. Ini merupakan definisi yang terlalu bertele-tele,
dan mungkin terlalu berlebihan dari yang benar-benar diperlukan untuk
menghasilkan produk ikan beku yang baik.
Definisi yang
lebih banyak diterima tidak menyebutkan lama pembekuan atau kecepatan
pembekuan, tetapi semata-semata menyebutkan bahwa ikan harus dibekukan
secepatnya dan diturunkan suhunya di dalam freezer hingga mencapai suhu
penyimpanan.
Anjuran agar ikan
diturunkan suhunya hingga mencapai suhu cold storage adalah sangat penting dan
harus disertakan dalam tata cara pembekuan cepat. Dua syarat pokok pembekuan
adalah:
a. pembekuan dengan cepat;
b. penurunan
suhu hingga mencapai suhu cold storage:
Kedua syarat ini
harus berjalan bersamaan karena freezer yang dapat membekukan dengan cepat
tentu bekerja pada suhu yang cukup rendah yang memungkinkan ikan diturunkan
suhunya lebih lanjut hingga mencapai suhu penyimpanan.
Beberapa tata cara
dan anjuran dalam pembekuan ikan menetapkan kecepatan pembekuan berdasarkan
tebal ikan per satuan waktu. Namun, pembekuan selalu lebih cepat pada permukaan
ikan yang bersinggungan langsung dengan medium pendingin, dan lebih lambat pada
bagian tengah. Oleh karena itu, kecepatan pembekuan merupakan rata-rata yang
tidak menunjukkan apa yang benar-benar terjadi. Kecepatan pembekuan rata-rata
berkisar antara 2 mm/jam dan 1000 mm/jam seperti pada Tabel berikut ini:
Tabel. Kecepatan Pembekuan Ikan
2 mm/jam
|
Di dalam bulk
air-blast freezer yang lambat
|
5-30 mm/jam
|
Di dalam
tunnel air-blast freezer, atau plate freezer
|
50-100 mm/jam
|
Pembekuan cepat
pada produk-produk kecil
|
100-1000
mm/jam
|
Pembekuan
ultra cepat dengan cairan nitrogen atau karbon dioksida
|
Satu
pengecualian dalam tata cara pembekuan cepat perlu disebutkan di sini. Ikan
tuna beku yang pada akhirnya akan dimakan dalam keadaan mentah sebagai makanan
Jepang (sashimi), memerlukan suhu pembekuan yang lebih rendah daripada
produk-produk lain. Kapal penangkap Jepang yang menangkap ikan tuna untuk
sashimi dilengkapi dengan freezer yang beroperasi pada suhu -50°C hingga -60°C.
Tuna merupakan ikan yang besar, dan jika dibekukan dalam keadaan utuh dengan
merendamnya di dalam air garam -12°C hingga -15°C memerlukan waktu 3 hari untuk
membeku. Air-blast freezing pada suhu yang sangat rendah kini menggantikan
pembekuan dengan air garam, dan dapat membekukan ikan tuna utuh selama 24 jam
atau kurang. Penggunaan suhu yang luar biasa rendahnya (-50°C hingga -60°C) ini
memerlukan rancangan khusus untuk mencegah struktur logam dalam kapal menjadi
mudah retak pada suhu yang rendah.
Pembekuan tuna
untuk sashimi merupakan teknik khusus, dan bukan merupakan tata cara yang umum
dipakai untuk produk-produk perikanan yang lain.
II. Alat Pembeku Ikan
Alat yang
digunakan untuk membekukan ikan disebut freezer.
Freezer atau alat pendingin pada umumnya bekerja dengan menyerap panas dari
produk yang didinginkan, dan memindahkan panas itu ke tempat lain dengan perantaraan
bahan pendingin (refrigerant), misalnya amoniak dan Freon. Jika bahan pendingin
dimasukkan ke dalam suatu ruang tertutup yang diatur titik-didihnya (dengan
menurunkan tekanannya), ia akan menguap sambil menyerap sangat banyak panas
dari ruangah tersebut, sehingga ruangan itu menjadi dingin. Di dalam freezer,
proses pendinginan itu dikendalikan dengan peralatan-peralatan mekanis sehingga
pendinginan berjalan dengan efektif dan efisien. Bahan pendingin cair dari
tangki penampung dimasukkan ke dalam evaporator melalui sebuah
katup ekspansi.
Berdasarkan alat
yang dipakai, cara pembekuan dibagi menjadi lima golongan sebagai berikut.
CARA PEMBEKUAN
|
NAMA ALAT PEMBEKU
|
Meletakkan ikan di atas rak
yang terbuat dari pipa-pipa dingin
|
Sharp freezer
|
Menjepitkan ikan di antara pelat-pelat dingin
|
Multi-plate freezer (Contact-plate freezer)
|
Meniupkan udara dingin secara
kontinyu kc arah ikan
|
Air-blast freezer
|
Mencelupkan ikan ke dalam
cairan dingin
|
Immersion freezer
|
Menyemprot ikan dengan cairan
dingin
|
Spray freezer
|
Pembekuan dapat dilakukan secara batch atau secara bersinambung (kontinyu) tergantung pada rancangannya.
III.
Penanganan Ikan Untuk Dibekukan
Pembekuan dan cold storage tidak dapat menaikkan
mutu ikan. Cara ini, meskipun dengan teknik yang terbaik, hanya dapat
mempertahankan mutu ikan dalam kondisi seperti waktu mulai dimasukkan ke dalam
alat pembeku. Karena itu adalah sangat penting untuk memilih ikan yang sesegar
mungkin untuk dibekukan. Di kapal ikan, pembekuan harus dilakukan secepat
mungkin setelah ikan naik ke atas dek, ikan jangan sampai dibiarkan menunggu
sesuatu yang tidak perlu. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa membekukan
ikan yang belum mengalami rigor mortis akan menyebabkan ikan itu rusak.
3.1.
Bentuk-bentuk Ikan yang Dibekukan
Cara mempersiapkan ikan untuk dibekukan tergantung
pada bentuk apa yang dikehendaki dengan pembekuan itu. Hal ini ditentukan
berdasarkan situasi pemasarannya. Ikan dapat dibekukan dalam bentuk blok di
dalam kantong-kantong plastik ataupun secara individual, sedangkan ikannya
sendiri dapat disiapkan dalam bentuk:
1. whole (utuh);
2.
gill dan gutted (dibuang insang dan isi perutnya);
3.
fillet, steak, stick, loin, dan sebagainya.
Selain itu, ikan
dapat dibekukan dalam bentuk:
1.
individual (tunggal, satu ekor atau
satu potong daging), dan
2.
blok (beberapa ekor atau beberapa
potong ikan menjadi satu blok).
Bentuk blok dapat dibuat dengan menyusun ikan yang
akan dibekukan di dalam pan dari logam (aluminium, baja berlapis seng,
stainless steel) atau kotak-kotak karton, kemudian diisi air seperlunya atau
tanpa diisi air.
Selain itu, dengan menggunakan vertical-platefreezer atau rotary-plate freezer bentuk blok
itu dapat dibuat langsung dengan block mould-nya.
Pembekuan melibatkan berbagai macam spesies ikan,
proses, cara penyajian dan pengepakan. Karena itu maka berbagai
macam produk beku dapat ditemukan di pasar. Namun demikian, produk-produk itu
dapat dikelompokkan menjadi dua: produk untuk dikonsumsi langsung, dan produk
untuk diproses lebih lanjut.
a. Produk untuk konsumsi langsung
Ikan beku tunggal
(IQF, individually quick frozen)
adalah ikan yang dibekukan dalam satuan (porsi) tunggal, dan tidak perlu
dilelehkan untuk memisahkannya dari satuan yang lain untuk dimasak. Contohnya:
fillet ikan dan udang IQF.
Kebutuhan produk
IQF meningkat dengan ketersediaan freezer bersuhu rendah di tempat-tempat
katering dan di dalam rumah tangga. Pembekuan dalam bentuk IQF memungkinkan
pembelian dalam jumlah banyak, dan mengambil hanya sejumlah yang diperlukan
untuk segera dimasak.
Produk-produk lain
seperti kemasan kecil, karton, blok ikan dan porsi ikan, diproduksi juga untuk
konsumsi langsung tanpa pemrosesan ulang. Kon-sumen membeli produk ini dari
pengecer masih dalam keadaan beku, kemudian langsung memasaknya dalam keadaan
beku, atau terlebih dulu melelehkannya. Pada kasus terakhir ini, konsumen tidak
perlu memiliki kulkas atau freezer.
Pengembangan
produk beku untuk konsumsi langsung mungkin belum sesuai dilakukan di beberapa
negara berkembang. Produk ini memerlukan jaringan distribusi yang melibatkan
sarana pendingin untuk pengangkutan dan penyimpanan. Jaringan ini disebut cold chain, yang mungkin masih
sulit untuk disediakan di negara-negara berkembang.
b. Produk untuk diolah lebih lanjut
Produk jenis ini
dapat diproduksi untuk dua macam keperluan, yakni sebagai berikut.
1) Produk dibekukan dalam bentuk/ukuran besar,
kemudian setelah disimpan dan dilelehkan, kembali digunakan dalam berbagai cara
seperti ikan yang baru ditangkap.
2) Produk dibekukan dalam bentuk/ukuran besar,
kemudian setelah disimpan, ikan diproses lebih lanjut tanpa dilelehkan
terlebih dahulu, sehingga dapat disajikan dalam kemasan eceran.
Ada produk yang
dibekukan dalam ukuran besar tanpa diproses, misalnya ikan yang dibekukan dalam
bentuk blok dengan contact freezer. Berat blok ikan dapat mencapai 50 kg,
biasanya dilapis dengan glaze (air, es) atau
dibungkus setelah pembekuan, dan disimpan di dalam cold storage sebelum
diproses lebih lanjut.
Dalam beberapa
kasus, ikan dibekukan dalam ukuran besar, disimpan dan akhirnya dilelehkan di
tempat yang sama. Ini biasa terjadi jika musim ikan pendek, dan ikan perlu
diawet untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Ikan beku berukuran besar
dapat juga didistribusikan dalam keadaan beku. untuk memungkinkan ikan dijual
ke pasar yang lebih besar atau diekspor. Dalam hal ini terdapat kebutuhan
tambahan berupa sarana pengangkutan dan penyimpanan ikan beku.
Ikan yang akan
dibekukan dalam ukuran besar ada yang terlebih dahulu diproses; hanya daging
tanpa tulang dan kulit yang dibekukan, misalnya dalam bentuk fillet. Blok
fillet beku biasanya dibekukan dengan horizontal
plate freezer di dalam kotak karton khusus dan menggunakan kerangka logam
seperti tampak pada gambar 1.3. Perhatian khusus diberikan untuk tidak meninggalkan
rongga udara di dalam blok, dan untuk itu diperlukan teknik khusus dan pekerja
yang terlatih. Setelah pembekuan, blok disimpan, dan kelak blok itu
dipotong-potong menjadi porsi-porsi kecil.
Porsi-porsi ikan
kemudian dikemas dan dijual dalam bentuk ini, atau ditutup dengan adonan tepung
atau remah roti. Porsi ikan yang dilapis itu harus dikembalikan ke dalam
freezer untuk diperkeras, sebelum dipak dan disimpan lebih lanjut.
3.2. Pencucian
dan Cara Mengurangi Drip
Mencuci ikan harus
menggunakan air bersih, sedapat mungkin dengan air yang mengalir (air leding,
air yang dipompakan). Penggunaan desinfektan di dalam air pencuci sangat
diutamakan. Pencucian harus dilakukan seintensif mungkin sehingga memenuhi
persyaratan-persyaratan teknologi dan hygiene.
Untuk membantu
mengurangi jumlah drip dalam pelelehan (thawing)
nantinya, ikan dapat dicelupkan di dalam larutan zat-zat tertentu, misalnya :
a. Larutan
garam dapur 6%, selama 10-20 detik.
b. Larutan poli-fosfat (natrium pirofosfat,
natrium tripolifosfat) dalam 10%-12,5%, selama 1 -2 menit. Sesudah dicelup,
ikan ditiriskan sebelum dibekukan.
3.3. Pendinginan Selama Proses Persiapan
Dalam setiap
proses dari persiapan pembekuan, terutama bila ikan harus menunggu lama sebelum
dibekukan, ikan harus didinginkan dengan berbagai cara misalnya dengan es.
Pendinginan ini perlu untuk menghambat pembusukan dan menjaga agar ikan dalam
keadaan baik waktu mulai dibekukan.
3.4. Precooling
Sebelum dibekukan,
biasanya ikan didinginkan terlebih dahulu hingga mencapai suhu yang mendekati
titik beku. Hal ini perlu untuk mengurangi beban dari freezer dan mempercepat
waktu pembekuan. Precooling dapat dilakukan dengan es atau di dalam ruangan
khusus yang disebut precooling room. Ikan tidak boleh mengalami pembekuan selama
precooling. Suhu udara yang disarankan untuk precooling adalah tidak lebih
rendah dari -4°C .
IV. Waktu Pembekuan
Waktu pembekuan
adalah waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu produk dari suhu awal hingga
mencapai suhu tertentu pada bagian tengah produk. Kebanyakan tata cara
pembekuan menetapkan bahwa rata-rata atau keseimbangan suhu ikan, setara dengan
suhu penyimpanan di dalam cold storage. Oleh karena itu suhu final bagian
tengah ikan harus dipilih sebagai acuan dalam menetapkan agar rata-rata suhu
ikan sama dengan suhu penyimpanan.
Faktor-faktor
berikut menentukan koelisien transfer panas keseluruhan, dan dengan demikian,
juga waktu pembekuan.
1. Jenis
freezer: Jenis freezer sangat
mempengaruhi waktu pembekuan. Umpamanya, karena pemindahan panas yang lebih
baik, produk akan membeku lebih cepat di dalam freezer air garam daripada di
dalam air blast freezer pada suhu kerja yang sama.
2. Suhu
kerja: Makin rendah suhu freezer,
makin cepat ikan membeku. Tetapi biaya pembekuan meningkat jika suhu kerja
freezer diturunkan. Dalam praktek, freezer dirancang untuk bekerja pada suhu
beberapa derajat di bawah suhu cold storage. Misalnya, jika suhu cold storage
-30°C, maka plate freezer umumnya bekerja pada -40°C dan air blast freezer pada
-35°C.
3. Kecepatan
udara di dalam air blast freezer: Hubungan antara
kecepatan udara dan waktu pembekuan ditunjukkan pada gambar itu menunjukkan
bahwa waktu pembekuan berkurang jika kecepatan udara ditingkatkan. Namun ini
agak rumil dan tergantung pada banyak faktor. Jika hambatan pemindahan panas
oleh lapisan udara diam itu penting, peningkatan kecepatan udara akan sangat
nyata memperpendek waktu pembekuan. Apabila ukuran pengepaknya besar dan
hambatan dari ikan sendiri merupakan faktor penting, maka perubahan kecepatan
udara akan kurang berpengaruh. Suhu udara, berat jenis udara, kelem-baban
udara, dan turbulensi udara adalah faktor lain yang harus diperhi-tungkanjika
pengaruh kondisi udara terhadap waktu pembekuan diper-masalahkan. Beberapa
faktor tadi pengaruhnya mungkin hanya sangat kecil.
4.
Suhu produk sebelum pembekuan: Makin rendah suhu produk, makin pendek
waktu pembekuan. Oleh karena itu ikan harus didinginkan sebelum pembekuan; di
samping untuk mempertahankan mutu, juga untuk mengurangi waktu pembekuan dan
beban pendinginan. Misalnya, ikan tuna tunggal berdiameter 150 mm akan beku di
dalam air blast freezer dalam waktu 7 jam jika suhu awalnya 35°C, tetapi hanya
perlu 5 jam jika suhu awalnya 5°C. Oleh karena itu suhu awal harus disebut
ketika menyatakan waktu pembekuan.
5.
Tebal produk: Makin tebal produk makin panjang waktu
pembekuan. Untuk produk yang tebalnya kurang dari 50 mm, bila tebalnya
dilipat-duakan, waktu pembekuannya akan lebih dari dua kali. Melipat-duakan
tebal ikan dari 100 mm. waktu pembekuannya akan berlipat empat kali.
6. Bentuk produk: Di dalam
freezer yang diraneang untuk membekukan ikan tunggal, ikan berpenampang bulat
akan membeku dalam V waktu yang dibutuhkan oleh ikan pipih dengan tebal
yang sama. Oleh karena itu. bentuk ikan atau pengepak mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap waktu pembekuan.
7.
Luas permukaan persinggungan dan kepadatan produk: Di dalam
plate freezer, persinggungan yang buruk antara produk dengan pelat pembeku akan
meningkatkan waktu pembekuan. Buruknya kontak itu terjadi karena adanya es di
permukaan pelat, pak-pak yang tidak seragam tebalnya, pak yang tidak terisi
penuh, atau rongga udara pada permukaan blok. Rongga udara di permukaan blok
umumnya disertai juga dengan rongga di dalam blok, yang juga menghambat
transfer panas. Hubungan antara waktu, kepadatan dan luas bidang persinggungan
untukn blok 100 mm ikan tak berlemak ditunjukkan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Pengaruh
kepadatan blok dan luas bidang kontak terhadap waktu pembekuan ikan tidak
berlemak
KEPADATAN BLOK
|
LUAS BIDANG PERSINGGUNGAN
|
WAKTU PEMBEKUAN
|
800 kg/m2
|
48%
|
3 jam
|
780 kg/m2
|
45%
|
3 jam
|
650 kg/m2
|
29%
|
3,8 jam
|
650 kg/m2
|
21%
|
4 jam
|
8.
Pengepakan produk: Cara
pengepakan, jenis dan tebal bahan pengepak, dapat berpengaruh besar terhadap
waktu pembekuan. Udara yang terperangkap di ar.tara produk dan pembungkus
sering menjadi peng-hambat pemindahan panas yang lebih besar daripada bahan
pembungkus itu sendiri. Ikan asap di dalam kotak kayu bertutup perlu waktu 1 5
jam untuk beku di dalam air blast freezer. Ikan asap di dalam kotak aluminium
berbentuk dan berukuran sama serta bertutup, perlu waktu 12 jam, tetapi jika
tutup dibuka dari kotak kayu, waktunya hanya 8 jam karena tidak ada udara yang
terperangkap.
9.
Jenis ikan: Makin tinggi kandungan minyak ikan,
makin rendah kan-dungan airnya. Sebagian besar panas yang dikeluarkan dari ikan
dalam pembekuan adalah untuk mengubah air menjadi es. Oleh karena itu, jika
airnya makin sedikit, makin sedikit pula panas yang harus diambil untuk
membekukan ikan. Karena kandungan minyak ikan berubah-ubah me-nurutmusim, akan
lebihamanjikabeban panas diperhitungkan pada waktu kandungan minyak ikan
paling kecil.
V.
Penanganan Ikan Setelah Pembekuan
Segera setelah dikeluarkan dari freezer, ikan harus
segera dilapis es (glaze) atau dibungkus kecuali jika sudah dipak
sebelum pembekuan, dan secepatnya dipindahkan ke dalam cold storage. Jika
diketahui bahwa penyimpanan hanya akan berlangsung pendek, glazing dan
pembungkusan mungkin tidak diperlukan. Blok ikan cod utuh yang dibekukan di
laut, misalnya, selalu disimpan tanpa pembungkus dan tanpa selimut es, tetapi
ini kemudian diberikan bila sudah didaratkan sebelum dimasukkan ke dalam cold
storage untuk penyimpanan jangka panjang. Namun demikian, walaupun hanya
sebentar, ikan tanpa pembungkus atau selimut es dapat mengalami dehidrasi yang
cukup berarti di dalam cold storage yang dirancang atau dioperasikan dengan
buruk.
5.1.
Glazing
Memberi selimut es (glaze) kepada ikan beku dengan cara
menyem-protkan air, menyapukan air atau mencelupkan ikan ke dalam air, banyak
dipakai untuk melindungi produk dari pengaruh dehidrasi dan oksidasi. Lapisan
es itulah yang akan menyublim di dalam cold storage, dan bukan ikan. Selimut es
itu juga menjauhkan permukaan ikan dari udara sehingga oksidasi dapat dikurangi.
Panas yang masuk dalam poses glazing dapat sangat banyak, dan ikan mungkin
perlu dimasukkan kembali ke dalam freezer sebelum disimpan di dalam cold
storage.
Untuk membentuk selimut yang menyeluruh dan merata,
proses glazing perlu pengendalian yang baik. Jumlah selimut es tergantung pada
faktor waktu glazing, bentuk produk, suhu ikan, suhu air, dan ukuran produk
Glazing dengan mencelupkan ikan ke dalam bejana
berisi air tidak di-anjurkan. Suhu awal air mungkin tinggi, tetapi secara
berangsur akan turun selama glazing berlangsung, dan tebal lapisan es dengan
sendirinya tidak seragam. Selimut es pada fillet IQF bervariasi 2%-14% dengan
cara ini meskipun waktu pencelupannya dibuat konstan. Dalam praktek waktu
pence-lupan itu tidak dapat konstan, dan merupakan variabel lain yang
menyebabkan ketidak-seragaman selimut es. Selain itu, air dapat tercemar
setelah beberapa waktu. Inilah sebab utama untuk tidak menganjurkan cara ini.
Jika pencelupan dipakai untuk keperluan ini, bejana harus terus-menerus diisi
dan dipasangi saluran pelimpahan (overflow).
Glazing dengan penyemprotan dinilai baik, tetapi di
sini juga sulit untuk mendapatkan keseragaman. Diperlukan tenaga yang banyak
untuk raem-balik ikan agar semua permukaan terlapisi.
Dip-spray
glazer mempunyai beberapa kelebihan untuk
dapat menghasilkan selimut es yang seragam dan merata, yakni:
a.
Ban berjalan berkecepatan konstan menjamin keseragaman waktu glazing.
b. Ketinggian
air di dalam parit dapat disetel untuk memastikan agar bagian bawah ikan
terlapisi, tetapi ikan tidak terapung.
c. Semprotan
dari atas menyediakan suplai air yang konstan untuk melapisi bagian atas ikan
dan untuk menambah air.
d. Penghalang
yang dapat diatur dipakai untuk menata ikan beku yang menumpuk di atas ban
sehingga setiap ikan pasti terlapisi.
e. Menggunakan
hanya ½ dari jumlah
air yang dibutuhkan pada automatic glazer yang menyemprot ikan dari atas dan
dari bawah.
Glazing yang dilakukan pada ikan yang bersuhu -30°C
atau lebih rendah menghasilkan selimut es yang retak-retak akibat tekanan
termal selama pem-bentukan es, dan mudah lepas dalam penanganan berikutnya.
Jika ikan terlalu lama dicelupkan di dalam air, selimut es itu tebal tetapi
lunak dan juga mudah lepas.
Glazing yang baik dapat sangat bermanfaat terutama
jika aspek yang lain dalam penyimpanan dan pengangkutan kurang ideal. Tetapi
glazing yang buruk, yang mengakibatkan pelelehan sebagian dan pembekuan kembali
secara perlahan di dalam cold storage, menghasilkan kerugian yang lebih besar
daripada manfaatnya.
5.2. Pengepakan
Pembungkusan perlu dilakukan pada produk eceran,
bukan hanya untuk melindungi produk tetapi juga untuk memperindah dan memberi
daya tarik kepada pembeli. Sedapat mungkin pembungkus harus kedap udara untuk
mengurangi oksidasi produk. Bahan pembungkus juga harus dapat menahan uap air
agar dapat mencegah penguapan produk selama penyimpanan. Pembungkus harus
sesuai dengan produk yang dibungkus. Udara di dalam pembungkus memungkinkan
terjadi oksidasi.
Derajat kekedapan pembungkus terhadap
air dan udara tergantung pada kebutuhan. Jika sifat yang diinginkan untuk
perlindungan dan sifat daya tarik bertentangan di dalam satu bahan pembungkus,
maka dapat dipakai dua jenis bahan; pembungkus dalam untuk memberi
perlindungan, pembungkus luar untuk daya tarik.
VI. Berat Ikan
yang Hilang Selama Pembekuan
Ikan-ikan kecil
kehilangan berat dalam persentase yang lebih besar dari-pada ikan-ikan besar. Kecepatan
kehilangan berat itu sebanding dengan luas permukaan ikan yang terbuka. Ikan
kecil mempunyai perbandingan luas permukaan yang lebih besar terhadap beratnya
daripada ikan besar. Ikan yang dibekukan dalam bentuk tunggal akan kehilangan
berat lebih banyak daripada ikan yang dibekukan dalam blok, karena alasan yang
sama dengan di atas. Pembungkusan ikan
selama pembekuan dapat mengurangi jumlah berat yang hilang. Tetapi jika
pembungkusnya tidak ketat (meninggalkan banyak ruang kosong di dalam
pembungkus), maka kehilangan itu tetap saja terjadi dari permukaan ikan tetapi
tertahan di dalam pembungkus, sehingga berat ikan dan pembungkus tidak berubah.
Tabel 1.3.
menunjukkan kehilangan berat pada beberapa proses pembekuan. Perbedaan antara
jenis freezer yang berlainan tidaklah besar, tidak seperti yang disajikan di
dalam kebanyakan brosur yang dibuat para produsen freezer. Perlu diingat bahwa
sebagian kehilangan berat diakibatkan oleh peng-uapan air yang mungkin menempel
di permukaan pada waktu pencucian, yang bagaimana pun akan hilang meskipun ikan
tidak dibekukan.
Suatu kenyataan
yang jarang diperhatikan adalah bahwa ikan yang disimpan dengan es selama
beberapa hari umumnya akan kehilangan berat lebih banyak daripada yang terjadi
di dalam freezer.
Tabel
1.3. Berat ikan yang hilang selama pembekuan
PRODUK
|
CARA PEMBEKUAN
|
BERAT IKAN YANG HILANG
|
Udang
IQF
|
Air
blast
|
2% - 2,5%
|
Haddock
IQF
|
Air
blast
|
1,2%
|
Haddock
IQF
|
Pembeku
karbon-dioksida
|
0,6%
|
Produk-produk
IQF
|
Pembeku
nitrogen
|
0,3% - 0,8%
|
Fillet
dalam baki
|
Air
blast
|
1%
|
Ikan
besar/blok ikan
|
Air
blast
|
0,5%
|
Blok
ikan
|
Contact
freezer
|
0%
|
Ikan
dalam karton
|
Contact
freezer
|
0,5% di dalam pak
|
VII. Pengukuran Suhu Ikan
Pengukuran suhu
merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan pada setiap tahap penanganan
dan pengolahan ikan untuk memastikan bahwa suhu ikan dan ruang kerja memenuhi
syarat bagi dihasilkannya produk ikan yang baik.
Suhu ikan sangat
penting selama pembekuan karena rasa dan penampilan produk akhir tergantung
pada kecepatan pembusukan pada saat pembekuan. Suhu merupakan faktor terpenting
yang mengendalikan pembusukan ikan. Perbedaan yang kecil saja dalam suhu dapat
mengakibatkan kerugian mutu. Pemeriksaan harus dilakukan untuk mengetahui
apakah suatu pendinginan sebelum pembekuan telah mencapai sasaran, dengan
secara berkala memeriksa suhu ikan yang dipilih.
7.1. Pengukuran Suhu Ikan Basah
Dalam setiap tahap
penanganan, sangat penting untuk mengetahui bagian ikan yang suhunya tertinggi.
Tergantung pada apakah ikan sedang didinginkan atau dihangatkan, bagian yang
tertinggi suhunya dapat di tengah-tengah atau di bagian luar ikan atau tumpukan
ikan. Meskipun bagian ikan bersuhu tertinggi telah diketahui, tetap dianjurkan
untuk mengambil ikan secara acak untuk diukur suhunya, yaitu dengan mengambil
dari atas, tengah, bawah dan bagian lain yang diduga berbeda.
Termometer yang
sesuai dipakai untuk mengukur suhu ikan basah adalah termometer jarum yang
khusus dirancang untuk ikan. Alat ini harus kuat dan cepat bereaksi sehingga
dapat segera dibaca hasilnya. Ujung termometer yang merupakan sensor (elemen
yang peka terhadap perubahan suhu), harus cukup kecil sehingga hanya tempat
sensor itu berada-lah yang terukur suhunya. Ujung itu ditancapkan ke dalam
ikan hingga mencapai bagian tengah. Termometer tersebut mempunyai ketepatan
0,25°C, skalanya dibuat dalam penambahan 0,5°C.
7.2. Pengukuran
Suhu Ikan Selama Pembekuan
Karena ikan
membeku mulai dari luar ke dalam, tidak mungkin untuk menetapkan bahwa ikan
telah beku seluruhnya dengan hanya melihat penampilan luarnya. Permukaan ikan,
yang bersinggungan dengan medium pendingin (udara di dalam air blast freezer,
logam pada plate freezer), sangat cepat turun suhunya hingga hampir menyamai
suhu freezer. Namun, suhu bagian dalam ikan turun jauh lebih lambat.
Termometer yang
paling sesuai untuk mengukur waktu pembekuan adalah thermocouple potentiometer. Tebal kabel thermocouple dapat dipilih untuk
disesuaikan dengan produk yang dibekukan. Karena harganya murah dan dapat
diabaikan, kabel itu dapat dipotong setelah pembekuan, hanya ditinggalkan
bagian pendek yang tertanam di dalam ikan, kemudian diambil kembali ketika ikan
dilelehkan.
Waktu pembekuan
ikan adalah waktu
yang diperlukan agar suhu tertinggi mencapai derajat tertentu, karena itu
sangat perlu untuk mengukur titik di dalam ikan yang tam-paknya akan membeku
terakhir.
Beberapa
thermocouple perlu ditempatkan di dalam ikan yang diperkirakan akan mempunyai
waktu pembekuan yang berbeda. Pemilihan posisi di dalam air blast freezer,
misalnya, meliputi ikan yang terdekat hingga yang terjauh dari datangnya udara
dingin, ikan yang dekat dengan dinding, di bagian atas dan bawah kereta, dan
pada titik-titik lain yang diduga mempunyai waktu pembekuan lebih atau kurang
dari rata-rata. Jika unjuk kerja freezer untuk produk tertentu telah diketahui
berdasarkan pengukuran di atas, pengukuran selanjutnya tidak perlu terlalu
komprehensif.
Bila alat pengukur
suhu belum tersedia, tanda-tanda apakah ikan sudah beku atau belum, dapat
diketahui dengan memeriksa produk. Permukaan ikan
yang dibekukan akan tetap lunak dan dapat ditembus benda tajam hingga suhu
-4°C. Jika dapat ditembus, maka ikan jauh dari beku. Pada akhir pembekuan,
pemeriksaan dapat dilakukan dengan membelah contoh ikan. Waktu pembekuan
dianggap cukup apabila semua bagian ikan tampak telah beku. tetapi jika
tengahnya masih lunak, maka waktu pembekuan perlu diperpanjang.
7.3. Pengukuran
Suhu Ikan Beku
Kadang-kadang
suhu ikan beku perlu diperiksa dalam penanganan, peng-angkutan dan penyimpanan.
Kesulitan timbul karena kerasnya. Termometer tidak dapat ditancapkan pada ikan
yang suhunya kurang dari -4°C, dan karena itu diperlukan cara yang berbeda dari
pengukuran suhu ikan segar.
Jika
thermocouple telah terpasang dalam pengukuran pembekuan, ujung-ujung kabel yang
ada pada ikan beku dapat dihubungkan kembali dengan unit pengukur. Ikan atau
pak yang berisi thermocouple harus ditandai untuk memudahkan pencariannya
kembali.
Jika tidak ada
thermocouple yang tertanam di dalam ikan, ikan perlu dilubangi dengan bor
sehingga termometer dapat dimasukkan, tetapi metode ini harusnya akurat jika
dilakukan dengan benar. Kesalahan sebesar 20°C dapat terjadi jika digunakan
termometer dan cara yang salah.
Termometer
jarum seperti yang disebutkan dalam pengukuran suhu ikan basah dapat dipakai
dengan cara berikut.
a. Ambil ikan dari dalam cold storage dan secepatnya
buat lubang dengan bor yang besarnya setara dengan ukuran jarum penusuk.
Kedalaman lubang sekurang-kurangnya 10 cm untuk mengurangi kekeliruan akibat konduksi
panas; jika kedalaman ini tidak mungkin, dapat dikurangi seperlunya.
b. Masukkan jarum termometer ke dalam lubang dan amati
penunjukan suhu sampai tercapai suhu terendah, lalu mulai meningkat lagi. Suhu terendah
yang terbaca harus ± 0,5°C dari suhu ikan yang nyata. Penyimpangan dalam penggunaan cara ini terutama
disebabkan karena suhu ikan naik. Karena itu maka pekerjaan harus dilakukan
dengan cepat. tidak boleh lebih dari 2-3 menit. Jika terdapat keraguan, lubang
dapat dibuat di dalam cold storage beberapa saat sebelum ikan dikeluarkan untuk
diukur suhunya.
7.4. Ringkasan Pengukuran Suhu Ikan
1.
Dalam mengukur suhu ikan, selalu pilih
suhu ikan yang mewakili, yaitu ikan yang paling lambat dingin, paling cepat
panas, atau pada suhu tertinggi
2.
Masukkan termometer sedalam mungkin ke
tengah ikan yang diukur suhunya untuk mengurangi kesalahan karena konduksi
panas
3.
Ukur secepatnya
dengan penanganan ikan sesedikit mungkin
4. Gunakan termometer yang cepat bereaksi dan hanya
mempunyai kesalahan 0,25°C dari suhu ikan yang nyata
5.
Gunakan termometer
dengan elemen peka suhu yang berukuran kecil
6.
Secara berkala
periksa dan kalibrasikan alat-alat yang dipakai.
VIII. Distribusi Ikan Beku
Di Indonesia
pembekuan kebanyakan dilakukan untuk tujuan ekspor, dan hanya sedikit dilakukan
untuk konsumsi lokal. Lain halnya di negara-negara besar yang telah maju,
pembekuan dilakukan untuk ikan-ikan yang akan didistribusikan ke tempat-tempat
yang jauh dari tempat pendaratan ikan.
Kegunaan ikan beku
adalah untuk digunakan sebagai bahan mentah untuk industri misalnya pengalengan
atau pengasapan, atau untuk diperda-gangkan dalam bentuk segar (sudah
dilelehkan kembali). Ikan beku yang sudah dilelehkan mempunyai kecenderungan
untuk membusuk seperti ikan segar, maka harus diperlakukan seperti ikan segar,
misalnya didinginkan jika terpaksa harus disimpan. Akhir-akhir ini telah
dikembangkan pembekuan ikan tuna untuk sashimi (dimakan mentah).
Dalam distribusi
ikan beku, pengangkutan adalah masalah teknologi utama yang harus dihadapi.
Kenaikan suhu ikan beku selama pengangkutan harus dibatasi dan jika mungkin
dicegah, karena kenaikan suhu berarti percepatan pembusukan. Untuk itu maka
alat-alat pengangkut harus diperlengkapi dengan unit pendingin. Unit pendingin
untuk mempertahankan suhu ikan beku dapat berupa alat pendingin mekanis, es
kering, atau cairan nitrogen atau CO2. Suhu pengangkutan pada umumnya tidak boleh lebih
dari 18°C.
Sarana-sarana
pengangkutan dapat berupa (a) truk atau container, (b) kereta api, dan (c)
kapal laut. Ruang pengangkut diberi lapisan isolator yang baik dan diberi pintu
yang rapat. Bagian dalam dan luarnya dilapisi dengan lembaran-lembaran
aluminium, baja lapis seng, stainless steel, atau fiberglass. Konstruksi
ruangan dan alat pendingin dibuat menyerupai cold storage di darat.
Dalam menyusun
ikan harus diingat bahwa ikan mengalami goncangan-goncangan yang mengakibatkan
susunan tersebut dapat rusak. Dalam pengangkutan jarak pendek, misalnya
pemindahan ikan dari cold storage yang satu ke cold storage yang lain atau ke
kapal/kereta api, sedangkan fasilitas pengangkut berpendingin tidak tersedia
sehingga hanya dipakai truk-truk biasa, maka pengangkutan harus dilakukan pada
malam hari.
8.1. Pelelehan (Thawing)
Pelelehan
dilakukan sesaat sebelum ikan dipakai atau untuk diperdagang-kan dalam bentuk
segar. Karena ikan yang telah dilelehkan ini pun membusuk seperti halnya ikan
yang belum dibekukan, maka ikan harus didinginkan (dengan es, dsb) jika harus
menunggu lama, termasuk jika ikan akan dijajakan.
Dalam pelelehan, ikan kehilangan sebagian beratnya
dalam bentuk drip. Banyaknya drip dalam pelelehan, akan menghasilkan ikan yang
bermutu rendah.
Pada prinsipnya
pelelehan dilakukan dengan memanaskan ikan beku. Cara-cara pelelehan dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1. Menggunakan panas yang dialirkan ke dalam
daging melalui kulit
a. Pelelehan dengan udara diam; ikan beku dibiarkan meleleh pada suhu ruangan (suhu
tidak lebih dari 16°C). Ini memerlukan waktu sehari semalam, dilakukan untuk ikan yang dibekukan
secara individual (tunggal).
b. Pelelehan secara air-blast; ikan dialiri dengan udara (tidak lebih dari 21 °C)
berkecepatan 400 m/menit; biasanya memerlukan waktu 4-5 jam tergantung
pada ukuran blok.
c. Pelelehan dengan air; digunakan air 21 °C yang bersirkulasi dengan kecepatan
33 cm/menit, memerlukan waktu 4-5 jam. Fillet beku tidak boleh dilelehkan
dengan cara ini sebab fillet akan menyerap banyak air dan kehilangan rasanya.
2. Menggunakan panas yang ditimbulkan di dalam
daging ikan
a. Dielectric heating; ikan diapit (tetapi tidak menyentuh) di antara 2 elektroda yang
dialiri arus listrik bolak-balik sebesar 5000 V, 40 juta hertz, sehingga timbul
panas yang mampu melelehkan blok ikan setebal 10 cm dalam waktu 40 menit. Cara
ini baik untuk ikan-ikan yang seragam bentuknya. Instalasinya dapat dibuat
dengan kapasitas yang tinggi, tetapi perlu modal yang besar.
b. Electrical
resistance thawing; bekerja
berdasarkan prinsip bahwa suatu penghambat arus akan menjadi panas jika dialiri
listrik. Ikan beku juga merupakan penghambat arus listrik. Ikan dijepit di
antara dua metal, dan listrik dialirkan melalui kedua metal itu. Cara ini digunakan
untuk blok-blok yang tipis. Jika suhu ikan beku terlalu rendah, ikan terlebih
dulu dicelupkan di dalam air hangat.
c.
Microwave heating; Ikan dilelehkan dengan arus listrik berfrekwensi tinggi
dalam beberapa detik, cocok untuk ikan-ikan tipis dan fillet. Instalasinya
perlu modal besar, dan sejauh kini belum memberikan keuntungan secara
komersial.
terima kasih ilmunya..:)
BalasHapussama-sama Shira :)
BalasHapusArtikel yang bagus, kalau bisa dicantumkan sumbernya/daftar pustakanya agar menjadi acuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Terimakasih
BalasHapusTq infonya
BalasHapusTq infonya
BalasHapusTerima kasih sharing nya. Semoga makin bermanfaat bagi orang lain
BalasHapusterima kasih
BalasHapussangat bermanfaat.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Hi..Cara membedakan ikan yg di glazing 10% dan 20% bagaimana? Tks
BalasHapusTerima kasih infonya, sangat membantu buat saya yang notabene penjual ikan beku
BalasHapusApa penyebab nya produk beku -25 derajat Celcius,ketika di glazing (air glazing 0 derajat Celcius) namun hasil glazing kurang bagus..? Mohon petunjuk nya
BalasHapus